KENDARI – Kepala Fungsi Perumusan Kajian Ekonomi Daerah (KEKDA) Provinsi (FPKP) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tenggara, Deni Miranda, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) pada triwulan III 2025 tetap tumbuh positif, meskipun mengalami perlambatan atau deselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dalam paparannya kepada awak media saat menggelar Capacity Building Media di Malang, Jawa Timur, Kamis (13/11/2025) Deni menyoroti data pertumbuhan ekonomi Sultra yang tercantum dalam Laporan Perekonomian Provinsi (LPP). Ia menjelaskan perbedaan antara deselerasi dan kontraksi.
“Kalau misalnya disini ditulis 5,24% year on year. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara itu naik dari tahun sebelumnya sebesar 5,04% year on year,” katanya.
Ia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Sultra di Triwulan II adalah 5,89%, dan pada Triwulan III menjadi 5,65%. Ini berarti pertumbuhan Sultra mengalami perlambatan (deselerasi) sebesar 0,2%, tetapi tetap tumbuh positif.
“Tanda merah itu artinya mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya atau kami sering pakai katanya deselerasi. Jadi, dia tetap tumbuh, tapi lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Kebalikannya adalah akselerasi, artinya dia tumbuh tapi lebih cepat,” jelas Deni.
Faktor utama perlambatan ini, salah satunya, berasal dari sektor pertanian yang mengalami penurunan pangsa (share) dari 24,57% menjadi 22,97%, yang menurut Deni dipengaruhi oleh selesainya masa panen raya.
Sektor unggulan lain seperti pertambangan dan industri pengolahan juga mengalami perlambatan, yang diindikasikan adanya perusahaan yang menurunkan kapasitas produksi.
Lebih lanjut, Deni Miranda menekankan pentingnya LPP yang juga mengupas tuntas mengenai asesmen keuangan pemerintah daerah, seperti realisasi APBD dan APBN.
Asesmen ini terkait langsung dengan komponen Government Spending (G) dalam perhitungan PDRB dari sisi pengeluaran.
“Disini kami mencoba untuk memberikan advice bahwa ini harus segera direalisasikan karena ini kalau misalnya PDRB tumbuh di Triwulan II cuma 5, berapa persen dengan G yang sebesar itu, ini akan lebih tinggi lagi artinya pertumbuhannya ketika G-nya lebih besar lagi,” tegas Deni.
BI memberikan perhatian khusus terhadap kecenderungan realisasi anggaran pemerintah yang menumpuk di akhir tahun (Triwulan IV).
Menjawab pertanyaan mengenai sektor paling survive dan unggulan daerah, Deni menggarisbawahi lima sektor utama yang memiliki pangsa terbesar: Pertanian, Pertambangan, Industri Pengolahan, Konstruksi, dan Perdagangan.
“Sektor keunggulan yang ada di Provinsi Sultra menurutku tetap pertambangan dan pengolahan. Buktinya kita banyak banget PKN (Penanaman Modal Asing), banyak banget orang yang datang ke sini karena memang nikel kita itu berharga,” tutupnya.
Penulis : Agus Setiawan
