RADARKENDARI.ID – Kendari, Sulawesi Tenggara – Ketenangan dan ketertiban yang menyelimuti aksi demonstrasi ribuan massa di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), pada Senin (1/9/2025) bukan sebuah kebetulan.
Di balik pengamanan yang humanis dan tanpa insiden, tersimpan strategi matang dari Komando Resor Militer (Korem) 143/Halu Oleo (HO).
Tim Perdetiknews berhasil mengupas tuntas rahasia ini langsung dari dapur operasi Korem 143/HO. Menurut Kepala Seksi Operasi (Kasiops) Korem 143/HO, Letkol Inf Erwinsyah Taupan, S.H., M.Si., kunci utamanya terletak pada empat pilar: intelijen, komunikasi, pendekatan proporsional, dan sinergi.
“Kami mengawalinya dengan mengumpulkan data intelijen. Mulai dari isu pemicu, tokoh yang terlibat, hingga jumlah massa,” ungkap Letkol Erwinsyah. Langkah ini bertujuan untuk memetakan potensi kerusuhan dan menentukan langkah preventif yang efektif.
Setelah data terkumpul, Korem langsung bergerak menjalin komunikasi aktif dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pihak terkait untuk memahami aspirasi massa.
“Ini adalah langkah persuasif dan humanis yang kami lakukan langsung di lapangan. Dialog ini diterima dengan baik oleh koordinator maupun peserta demo, tanpa membatasi hak mereka,” jelasnya.
Sinergi TNI-Polri dan Peran Kunci Danrem
Letkol Erwinsyah menekankan bahwa sinergi antara TNI dan Polri di Sultra adalah pondasi utama. Koordinasi yang erat memastikan Standard Operating Procedure (SOP) non-represif diterapkan secara konsisten.
“Kami bekerja sama dalam menentukan kekuatan personel, melakukan deteksi dini, hingga evaluasi. Intinya, dialog secara langsung dan terbuka adalah cara kami mengedepankan humanisme,” tegasnya.
Kehadiran Komandan Korem (Danrem) 143/HO, Brigjen TNI Raden Wahyu Sugiarto, di tengah massa juga dinilai memiliki dampak psikologis yang signifikan.
Menurut Letkol Erwinsyah, kehadiran pimpinan tertinggi ini meningkatkan semangat dan rasa percaya diri massa, membuat mereka merasa aspirasinya didengar.
Di sisi lain, kehadiran pimpinan di garis depan juga membuat personel pengamanan lebih waspada dan bertanggung jawab.
Aparat di lapangan juga dibekali strategi khusus untuk menangani provokasi. Mereka melakukan pengawasan ketat dan analisis situasi untuk mendeteksi tanda-tanda provokasi dari pihak luar maupun dari dalam massa.
“Kami berkomunikasi efektif dengan massa dan menggunakan metode non-represif seperti negosiasi untuk meredakan ketegangan,” tambah Letkol Erwinsyah.
Letkol Erwinsyah juga menyebut, keberhasilan pengamanan di Sultra tidak lepas dari beberapa faktor kunci: stabilitas politik dan keamanan, koordinasi yang solid, dan pemahaman mendalam tentang faktor sosial-budaya masyarakat setempat.
Sebagai penutup, Letkol Erwinsyah menegaskan komitmen Korem 143/HO untuk terus menjaga kondusivitas.
“Kami akan terus meningkatkan koordinasi dengan semua pihak, melakukan pengawasan lebih ketat, dan meningkatkan kemampuan personel. Tujuannya, agar setiap aksi di masa depan tetap berlangsung tertib dan damai,” pungkasnya.
Editor : Agus Setiawan