KENDARI – Peternak ayam petelur di Kendari saat ini menghadapi situasi kritis akibat kenaikan harga pakan utama, jagung, yang melambung tinggi.
Kenaikan drastis ini mengancam keberlangsungan usaha peternakan dan dikhawatirkan berdampak pada ketersediaan serta harga telur di pasaran.
Ari Saing, salah satu peternak ayam petelur di Kendari, mengungkapkan kondisi para peternak yang disebutnya sudah tidak hanya menjerit, tetapi juga menangis.
“Harga jagung tinggi. Dari awalnya Rp4.200 sampai Rp5.000, sekarang sudah mencapai Rp7.500 per kilogram. Kalau sudah mencapai Rp8.000, lebih baik kami potong ayamnya, sudah tidak masuk (untung),” keluhnya, Rabu (29/10/2025).
Menurut Ari Saing, kenaikan harga jagung ini terjadi karena stok di tingkat lapangan yang dibeli oleh tengkulak disimpan, dan baru dilepas dengan harga tinggi.
Ia menyebut, kenaikan harga jagung ini menjadi penyebab utama harga telur sulit turun, meskipun harga telur saat ini masih bisa sedikit mengimbangi.
Untuk mengatasi masalah ini, peternak di Kendari telah membentuk asosiasi agar dapat mengakses stok jagung pemerintah.
Bulog Sultra Tahan Stok 1.000 Ton, Tunggu Perintah Pusat
Di tengah krisis pakan ini, Bulog Sulawesi Tenggara (Sultra) diketahui menyimpan stok jagung yang cukup besar, yakni lebih dari 1.000 ton.
Jagung ini merupakan Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) yang diserap Bulog dari petani dengan harga sekitar Rp5.500 per kilogram. Namun, jagung tersebut tidak bisa serta merta dikeluarkan untuk menolong peternak.
Ardiansyah, Manager Supply Chain dan Pelayanan Publik (SCCP) Bulog Sultra, menjelaskan bahwa pihaknya tidak bisa mengeluarkan jagung tersebut tanpa adanya penugasan atau perintah resmi dari pemerintah pusat (Badan Pangan Nasional/Kementerian).
“Intinya kami disuruh menyerap untuk cadangan jagung pemerintah, disimpan. Kami mau keluarkan, kan belum ada penugasan ini. Stoknya pemerintah kami keluarkan tanpa perintah, berarti kami seolah-olah melanggar pemerintah,” tegas Ardiansyah.
Ardiansyah menambahkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi dan berharap Sultra segera mendapatkan kuota penugasan untuk menyalurkan jagung, seperti yang telah diterapkan di provinsi lain.
Jika Bulog diizinkan menjual, harga jagung yang akan dilepas ke asosiasi peternak kemungkinan adalah Rp5.000 per kilogram di gudang atau Rp5.500 sampai di tingkat peternak.
Pusat Sudah Alokasikan SPHP Jagung ke 16 Provinsi, Sultra Belum Termasuk
Berdasarkan data nasional, Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah mengusulkan dan menugaskan Perum Bulog untuk menyalurkan sekitar 52.400 ton jagung pakan melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Jagung.
Penyaluran SPHP Jagung ini bertujuan untuk menstabilkan harga pakan di tingkat peternak yang idealnya berada di kisaran Rp5.500 per kilogram, jauh di bawah harga pasar Kendari saat ini (Rp7.500).
Namun, penyaluran SPHP Jagung tahap terbaru ini difokuskan kepada 2.109 peternak mandiri di 16 provinsi yang telah diverifikasi.
Sayangnya, daftar provinsi penerima kuota SPHP Jagung tersebut belum mencakup Sulawesi Tenggara, melainkan lebih banyak dialokasikan ke provinsi sentra seperti Sulawesi Selatan.
Kondisi ini menegaskan perlunya percepatan disposisi dari pusat agar stok 1.000 ton CJP yang tersedia di gudang Bulog Sultra dapat segera dikeluarkan untuk membantu peternak ayam lokal.
Penulis : Agus Setiawan

































Discussion about this post