RADARKENDARI.ID – Kendari, Sulawesi Tenggara – Polemik penggunaan gambar maskot Anoa yang memegang kitab suci dalam persiapan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits (STQH) Nasional ke-28 di Kendari mendapat respons langsung dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Meski memberikan apresiasi, Pemprov Sultra melalui Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra yang juga Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi Sultra, Asrun Lio, menyatakan telah berkoordinasi dengan event organizer untuk menarik penggunaan maskot tersebut.
Asrun Lio menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas perhatian yang ditunjukkan oleh masyarakat Sultra terhadap persiapan event nasional yang akan berlangsung pada 11 hingga 19 Oktober 2025 ini.
“Kami berterima kasih atas atensi dan kepedulian masyarakat. Ini menunjukkan bahwa STQH memang menjadi milik bersama, dan partisipasi masyarakat sangat penting bagi kesuksesan penyelenggaraannya,” ujar Asrun Lio, Selasa (7/10).
Kehati-hatian Simbol Religius dan Penegasan Identitas Resmi
Sekda Sultra menjelaskan bahwa tanggapan publik terkait penggunaan simbol hewan yang membawa kitab suci menuntut kehati-hatian dalam menampilkan simbol-simbol religius.
Terkait identitas visual resmi kegiatan, Asrun Lio menegaskan bahwa hingga saat ini, Pemprov Sultra belum pernah meresmikan atau meluncurkan maskot apa pun untuk STQH.
Identitas visual resmi yang telah melalui pembahasan bersama Kementerian Agama RI dan diluncurkan adalah Logo STQH Nasional ke-28.
“Dalam rapat bersama Kementerian Agama RI pada Juli 2025, tidak membahas tentang maskot, sehingga panitia pelaksana kegiatan hanya melakukan launching terhadap Logo STQH,” jelasnya.
Dengan ditariknya penggunaan maskot Anoa yang menjadi perdebatan, Pemprov Sultra mengajak semua pihak untuk menjaga semangat kebersamaan dan fokus pada tujuan utama STQH sebagai ajang syiar Islam, mempererat persaudaraan, dan mengenalkan potensi Sultra ke seluruh Indonesia.
STQH Nasional ke-28 dijadwalkan akan diikuti oleh peserta dari 38 provinsi, dan Pemprov Sultra berharap seluruh masyarakat dapat menjadi tuan rumah yang baik, menciptakan suasana yang damai, religius, dan membanggakan bagi daerah dan bangsa.
Editor : Agus Setiawan

































Discussion about this post