Jakarta – Kesadaran untuk menjaga bumi adalah tanggung jawab bersama. Menyadari hal itu, PT Vale sebagai salah satu perusahaan tambang mineral terkemuka terus berusaha menghasilkan nikel terbaik (rendah karbon) untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
CEO dan Presiden Direktur PT Vale Febriany Eddy tak menampik jika dekarbonisasi global menciptakan proyeksi peningkatan permintaan nikel yang signifikan. Nikel merupakan salah satu mineral penting yang diperlukan untuk transisi ke opsi energi yang lebih bersih.
“Nikel merupakan salah satu solusi untuk masalah perubahan iklim, oleh karenanya kami percaya bahwa penting untuk memastikan nikel yang ditambang dan diolah telah melalui proses yang berkelanjutan, terutama rendah karbon,” ungkap Febriany Eddy dalam laporan keberlanjutan perusahaan tahun 2021 yang diterima Radar Kendari, Rabu (01/06/2022).
Febriany yakin, upaya PT Vale dalam menghasilkan nikel rendah karbon dapat membantu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) absolut sebesar 33 persen pada tahun 2030 dan menuju net zero pada tahun 2050.
Sekedar informasi, PT Vale beroperasi dalam naungan Kontrak Karya yang telah diamandemen pada 17 Oktober 2014 dan berlaku hingga 28 Desember 2025 dengan luas konsesi seluas 118.017 hektar meliputi Sulawesi Selatan (70.566 hektar), Sulawesi Tengah (22.699 hektar) dan Sulawesi Tenggara (24.752 hektar).
PT Vale Indonesia menambang nikel laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam matte. Rata-rata volume produksi nikel per tahun mencapai 75.000 metrik ton.
Dalam memproduksi nikel di Blok Sorowako, PT Vale menggunakan teknologi pyrometalurgi (meleburkan bijih nikel laterit).
Perseroan juga melanjutkan rencana pembangunan pabrik pengolahan nikel beserta fasilitas pendukungnya di Sambalagi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dan di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Proyek di Bahodopi direncanakan untuk membangun pabrik pengolahan untuk memproses bijih saprolit dan menghasilkan feronikel yang merupakan bahan utama dalam pembuatan baja nirkarat.
Untuk Pomalaa, proyek yang saat ini dikembangkan adalah untuk memproses bijih nikel limonit dengan menggunakan teknologi HPAL (High Pressure Acid Leaching) untuk menghasilkan produk yang dapat diolah menjadi bahan utama baterai mobil listrik. (Red)
Discussion about this post