Kendari – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sultra menggelar doa bersama (Istighosah) di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Muhlisin Kendari, Kamis (03/02/2023). Istighosah dihadiri langsung Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sultra, H. Zainal Mustamin.
Turut hadir Gubernur Sultra diwakili Asisten III Setda Provinsi, Suharno, Ketua DPRD Sultra, H. Abdurrahman Saleh, Pj. Walikota Kendari diwakili Sekda Kota, Rektor Universitas NU Sultra, Wakil Ketua MUI Sultra Kepala Kemenag Kab/Kota se Sultra, Ketua DWP Kanwil Kemenag Sultra, Pimpinan Ormas Keagamaan, segenap pengurus PWNU Sultra beserta lembaga otonom dan badan otonom serta ribuan santriwan dan santriwati Ponpes Darul Muhlisin Kendari.
Huwa ansha akum minal ardi wasta’ marakum fiihaa (Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya). Demikian Kutipan Surah Hud ayat 61 yang disampaikan Kakanwil Kemenag Sultra H Zainal Mustamin, selaku Rois Syuriyah PWNU Sultra, saat memberikan sambutannya pada istighosah Memperingati Satu Abad NU.
Zainal Mustamin menjelaskan, jika ayat tersebut berisi tentang tanggungjawab keagamaan untuk merawat jagat, sebagaimana tema Satu Abad NU, “Merawat Jagat Membangun Peradaban”.
Termasuk di dalamnya tanggungjawab wathaniah, atau merawat kebangsaan dan kenegaraan, yang juga merupakan kewajiban agar senantiasa bisa hidup damai dan rukun tengah-tengah kehidupan berbangsa.
“Tanggung jawab Nahdlatul Ulama melampaui itu. Sebagaimana lambang Nahdlatul Ulama yang melintasi dunia. Karena itu tidak boleh hal-hal kecil merusak rencana-rencana besar untuk membangun peradaban menjaga jagat ini,” ungkapnya.
“Kita beruntung bisa bertemu di 100 tahun, NU dan belum tentu kita bisa bertemu di abad kedua nanti. Karena itu limpahan tanggung jawab dari para pendiri Nahdlatul Ulama kepada kita semuanya di abad Ke-2 ini memiliki peran yang sangat besar. Mari kita mohonkan doa, kepada para ulama, para Habaib, para Kyai kita semuanya. Semoga Allah SWT jaga kita dalam ikhtiar kita merawat jagat membangun peradaban,” ajak Kakanwil.
Lebih lanjut, Kakanwil menyebut tantangan bangsa Indonesia sedang mengalami banyak cobaan salah satunya kemajuan teknologi yang menjadikan pergeseran yang disebut dengan post truth atau pasca kebenaran.
Dimana, kebenaran itu sendiri sudah terserupakan dengan kebohongan, hampir tidak bisa dipisahkan. Menghadapi era yang terserupakan ini, maka perlu kehati-hatian dalam ikhtiar Merawat Jagat dan Membangun Peradaban karena akan semakin berat.
“Nahdlatul Ulama harus konsisten sejak awal pendiriannya hingga hari ini yang memasuki abad kedua, tidak pernah goyah akan kecintaannya kepada agama juga kecintaan kita kepada negeri ini. Menjaga dan merawat NKRI, dilahirkan oleh Nahdlatul Ulama, maka dijaga dan dirawat hingga hari ini juga di masa-masa yang akan datang,” seru Kakanwil.
“Mudah-mudahan Allah jaga kita, menghindarkan kita dari berita hoax, perseteruan dan perang saudara diantara kita sendiri, karena itu adalah bahaya yang bisa kita hindarkan kalau kita memahaminya. Mudah-mudahan kita tidak mengorbankan hal-hal kecil untuk kepentingan yang lebih besar dari tugas mendunia, merawat jagat membangun peradaban. Semoga Allah limpahkan kekuatan kepada pemimpin-pemimpin kita dalam rangka berikhtiar untuk memberikan pengabdian kepada bangsa dan negara,” harapnya.
Selanjutnya, Asisten III Setda Provinsi Sultra saat membacakan sambutan Gubernur Sultra, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan momentum untuk meminta doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar bangsa Indonesia terlepas dari cobaan musibah kehidupan setiap umat manusia.
Suharno menilai bahwa pencapaian NU selama satu abad guna mewujudkan masyarakat madani sungguh luar biasa. Ibarat perahu maka NU merupakan kapal yang tangguh dengan nahkoda istimewa sehingga mampu melewati zaman pergerakan revolusi sehingga lahirnya Indonesia modern.
“NU menyusun agenda kebangkitan peradaban baru kontekstualisasi agama menjadi dasar NU dan kepemimpinannya yang mengangkat pada tradisi namun tetap berkiprah di skala global,” ungkapnya.
Menurutnya Agenda NU tersebut sangat relevan dalam kondisi umat Islam menuju abad kedua, yang mana teknologi makin canggih tapi tidak selalu menjadikan moralitas manusia menjadi tidak beradab, namun ini menjadi tantangan dalam membangun sisi religius bangsa Indonesia, karena tanpa moralitas akibatnya bangsa Indonesia bisa kehilangan arah.
“Dan NU memikirkan hal itu. Pemikiran NU untuk mengaktualisasi gerakan mampu memberi solusi agar menyentuh masyarakat hingga ke bawah agar tidak menjadi korban benturan peradaban, juga politik global yang senantiasa kian teraktualisasi dan mengancam eksistensi umat manusia juga turut menjadi perhatian NU,”paparnya.
Sebagai Ormas yang memiliki SDM mumpuni dan memiliki resonansi yang kuat, kata Gubernur Sultra maka suara Nahdatul Ulama akan memberi daya dorong yang kuat untuk bangsa Indonesia kembali berperan dalam ketertiban dunia.
“Dengan kondisi dunia yang berpengaruh terhadap bangsa Indonesia NU menjadi pembuka jalan lahirnya peradaban baru yang diridhoi oleh Allah terutama dalam bersikap toleransi beragama,kebersamaan, persatuan, dan kesatuan. NU mempunyai andil yang sangat besar dalam dalam mengisi kemerdekaan Indonesia karena pejuang-pejuang kemerdekaan terbanyak dari kalangan pesantren tentunya sebagai komandannya adalah para kyai itu sendiri,” tandasnya.
“NU selalu mengupdate program kerja baik pembinaan umat secara umum maupun program pembinaan anak-anak bangsa di pondok pesantren. Kami berharap NU terus menjadi yang terdepan dalam upaya menjaga ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basiriah. Saya yakin NU punya kontribusi besar dalam pembangunan khususnya di Sultra,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua NU Provinsi Sultra, KH. Muslim menyebutkan Satu Abad NU mulai dari jargon imam as sadhi hubbul watan muhatiban sebagai suatu seruhan jihad untuk membela dan memerdekakan negara sampai era sekarang ini dengan mengusung visi ‘Merawat Jagat Membangun Peradaban’.
“Artinya dari zaman KH. Hasyim Asyari sampai sekarang ternyata komitmen agar Nahdlatul Ulama tetap berdiri di depan untuk membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Memang era dan zaman berbeda dan tantangan pun juga berbeda tapi seluruhnya tetap bermuara pada keutuhan bangsa dan negara,” sebutnya.
“Alhamdulillah kita bisa melaksanakan kegiatan istighosah hari ini, ini merupakan perintah dari pengurus besar agar kegiatan ini dilaksanakan secara kesinambungan, dan kita semua berharap kedepan kita akan mengefektifkan kerja-kerja badan otonom juga kerja para lembaga akan kita bangkitkan, karena sesungguhnya program program yang ada pada lembaga itulah yang akan menjadi munculnya gerakan gerakan yang dilakukan Nahdatul Ulama,” tandasnya. (rls)
Discussion about this post