Sepekan terakhir ini telah terjadi kondisi cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah Indonesia, termasuk wilayah Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan siaran pers yang dikeluarkan oleh BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Kendari pada tanggal 23 Desember 2022 mengenai “Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Tanggal 24 s.d 29 Desember 2022”, bahwa terdapat potensi terjadi cuaca ekstrem berupa angin kencang dan gelombang tinggi di wilayah Sulawesi Tenggara.
Benar saja, berdasarkan laporan kejadian bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buton, telah terjadi bencana berupa tanggul roboh di Kecamatan Siotapina – Kabupaten Buton akibat abrasi yang disebabkan oleh gelombang tinggi tanggal 24 Desember 2022.
Kejadian itu menyebabkan 21 rumah terdampak dengan jumlah pengungsi yaitu 118 jiwa. Melihat dampaknya yang signifikan, maka muncul pertanyaan yaitu apa yang menyebabkan kondisi cuaca ekstrem berupa angin kencang dan gelombang tinggi sepekan terakhir di wilayah Sulawesi Tenggara dan sekitarnya?, lalu bagaimana ancaman dan mitigasinya?.
Pengungkapan
Kondisi gelombang tinggi yang melanda wilayah pesisir merupakan dampak langsung akibat tingginya kecepatan angin di permukaannya. Menurut Mitsuyasu (2015), gelombang laut dibangkitkan oleh angin permukaan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa, permukaan air (lautan) dalam ruang dan waktu dapat menyerap energi angin yang berhembus di permukaannya.
Energi yang sampai ke lautan dapat membangkitkan riak-riak air yang sering dikenal dengan gelombang laut. Semakin tinggi kecepatan angin, maka semakin besar energinya. Energi yang besar tersebut menyebabkan gelombang yang dihasilkan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil pengukuran angin dari alat Automatic Weather Station (AWS) BMKG di dua lokasi yaitu Kendari dan Baubau, menunjukkan bahwa angin tertinggi yang terukur di Kendari yaitu 12 knots (22,7 km/jam) pada tanggal 25 Desember 2022 pukul 12.00 WITA dan di Baubau yaitu 19,8 knots (36,7 km/jam) tanggal 24 Desember 2022 pukul 20.00 WITA. Peningkatan kecepatan angin mulai terpantau pada siang hari tanggal 23 Desember 2022.
Mengungkap kejadian gelombang tinggi tidak cukup dengan data lokal setempat saja, namun dalam kaitannya terhadap ruang dan waktu maka kejadian gelombang tinggi dapat dipengaruhi oleh keadaan cuaca pada wilayah yang lebih luas dan waktu yang lebih lama.
Mengacu pada hal tersebut, maka perlu dilakukan analisis terhadap fenomena yang terjadi di luar wilayah Sulawesi Tenggara. Berdasarkan laporan dari kantor BMKG Pusat, pada tanggal 21 Desember 2022 terpantau adanya bibit siklon tropis 90S yang kemudian berkembang menjadi siklon tropis di tanggal 22 Desember 2022.
Siklon tropis tersebut yaitu siklon tropis Ellie yang terbentuk di perairan Pantai Utara Australia atau sekitar 740 km sebelah timur tanggara Kupang dengan kecepatan angin maksimum 40 knots (75 km/jam).
Menurut BMKG, siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan besar dengan radius mencapai 150 km hingga 200 km yang dapat menimbulkan peningkatan kecepatan angin di wilayah sekitarnya hingga >25 knots (>46 km/jam).
Peningkatan kecepatan angin di wilayah sekitar pembentukan siklon tropis ini disebut dengan istilah low-level jet. Benar saja, berdasarkan data analisis angin ketinggian 3000 feet tanggal 22 s.d 24 Desember 2022, menunjukkan adanya peningkatan kecepatan angin di wilayah perairan Laut Flores hingga Laut Banda yaitu >25 knots (>46 km/jam).
Walaupun siklon tropis Ellie berada jauh dari wilayah Sulawesi Tenggara, namun siklon tropis dapat memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung bagi wilayah sekitarnya.
Dampak langsung siklon tropis yaitu peningkatan kecepatan angin (Sparks, 2003) dan gelombang tinggi (Fung dkk., 2017). Kecepatan angin tertinggi di wilayah Laut Flores hingga Laut Banda mencapai 39 knots (72 km/jam) pada tanggal 24 Desember 2022.
Tingginya kacepatan angin di wilayah tersebut pada beberapa hari terakhir ini menjadi penyebab peningkatan tinggi gelombang hingga >4,0 meter di wilayah perairan Sulawesi Tenggara khususnya di wilayah selatan.
Peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang di wilayah Sulawesi Tenggara dan sekitarnya merupakan dampak langsung dari siklon tropis Ellie yang terbentuk di tenggara perairan Indonesia.
Ancaman
Perlu diperhatikan bahwa, cuaca ekstrem seperti angin kencang dan gelombang tinggi dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat secara luas. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir seperti tepi pantai dapat terkena dampak dengan adanya kondisi cuaca ekstrem seperti ini.
Dampak yang dapat dirasakan yaitu terancamnya jiwa dan harta benda akibat gelombang tinggi yang sewaktu-waktu dapat menerjang kawasan pesisir. Selain itu, masyarakat yang memanfaatkan transportasi laut untuk melakukan mobilitas dan mencari ikan juga memiliki potensi ancaman yang besar akibat gelombang tinggi.
Kerugian tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir saja, tetapi adanya kejadian angin kencang dapat mengancam masyarakat yang tinggal di wilayah lain seperti pedesaan dan perkotaan sekalipun. Adanya kejadian angin kencang dapat menyebabkan pepohonan yang tumbuh di lingkungan tempat tinggal dan jalan raya dapat mengancam keselamatan masyarakat yang melakukan aktifitas disana.
Selain itu, kejadian cuaca ekstrem seperti ini juga dapat mengancam sarana vital seperti jaringan listrik, pdam, jaringan internet dan lain sebagainya. Sehingga sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui mengenai kejadian cuaca ekstrem berserta dampak dan mitigasinya.
Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, kegiatan mitigas bencana itu diantaranya: a). pengenalan dan pemantauan risiko bencana; b). perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; c). pengembangan budaya sadar bencana; d). penerapan upaya fisik, nonfisik, dan sumber bahaya atau ancaman bencana; e). identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana; f). pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam; g). pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi; h). pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan i). kegiatan mitigasi bencana lainnya.
Tindakan mitigasi terhadap ancaman bencana yang disebabkan oleh angin kencang dan gelombang tinggi dapat diterapkan oleh masyarakat dengan dorongan dan ajakan dari pemerintah setempat.
Salah satu bentuk tindakan mitigasi terhadap ancaman angin kencang yaitu dengan melakukan penebangan terhadap pohon-pohon yang sekiranya dapat mengancam keselamatan di lingkungan sekitar.
Selain itu, pada saat terjadinya angin kencang maka tidak dianjurkan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan api di ruangan terbuka seperti pembakaran sampah di lingkungan tempat tinggal.
Pembakaran sesuatu di ruangan terbuka dapat menyebabkan api dengan mudah menyebar karena dihembuskan oleh angin. Tindakan mitigasi yang dapat dilakukan terhadap ancaman gelombang tinggi yaitu tidak melakukan aktifitas di tepi pantai dan kegiatan yang berhubungan dengan laut seperti mencari ikan dan melakukan perjalanan laut.
Menurut laporan kajian analisis trend kecelakaan transportasi laut tahun 2003 s.d 2008, faktor alam menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan transfortasi laut yaitu sebesar 38%. Sehingga sangat penting untuk memahami kondisi alam dalam hal ini terkait cuaca untuk menunjang keselamatan transportasi laut. (*)
Discussion about this post