Kendari – Setiap manusia pasti pernah mengalami stres, namun perbedaannya adalah tingkat stres yang dialami tiap individu cenderung berbeda-beda. Tentu, untuk mengetahui tingkatan stres seseorang perlu langkah-langkah khusus. Hal inilah yang dilakukan salah satu Program Studi (Prodi) di Universitas Mandala Waluya (UMW) yakni Prodi Psikologi UMW.
Dosen Psikologi UMW, Wisnu Catur Bayu Pati mengatakan, stres adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketidakmampuan dalam merespon tuntutan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dimana gejala stres dapat dibagi menjadi 2.
“Dua gejalah stres yang dimaksud yakni Gejala Fisik dan gejalah psikis. Ini tentu perlu menjadi perhatian bagi setiap orang. Karenanya penting melakukan pemeriksaan mendalam guna mengetahu langkah-langkah apa yang perlu dilakukan saat seseorang mengalami gejalah stres, ” kata Wisnu.
Dia melanjutkan, untuk tanda-tanda yang dapat dirasakan seseorang yang mengalami stres akibat gejalah fisik yakni nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah, susah tidur dan lain-lain.
“Sementara untuk gejalah psikis tanda-tanda yang sering dialami saat stres adalah cepat marah, daya ingatan berkurang, tidak mampu berkonsentrasi. Selanjutnya tidak mampu menyelesaikan tugas, reaksi berlebihan terhadap hal sepele, tidak bisa terlihat lebih santai pada saat tertentu, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain dan emosi tidak terkendali, “jelasnya.
Dia melanjutkan, dengan melihat kondisi gejalah yang ada, seseorang tentu perlu melakukan langkah-langkah jitu untuk mengatasi itu. Langkah pertama yang dapat dilakukan dengan terapi farmakologi. Terapi ini merupakan suatu jenis terapi yang fokus pada penggunaan obat-obatan dalam proses penyembuhannya. Obat-obatan ini berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak yakni sistem limbik.
“Sebagaimana diketahui sistem limbik merupakan bagian otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) golongan benzodiazepine seperti diazepam, lorazepam, alprazolam dan anti depresi (anti depressant) golongan SSRI seperti fluoxetine, sertraline (Zoloft), “bebernya.
Selanjutnya, kata dia langkah kedua adalah dengan psikoterapi. Ini dilakukan dengan beberapa pendekatan yakni pendekatan perilaku dilakukan dengan mengubah perilaku yang menimbulkan stress akut, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu. Seperti, makan-makanan yang bergizi, olahraga, tidur yang cukup dan menjaga kebersihan.
Kemudian pendekatan kognitif merupakan pendekatan yang bertujuan untuk mengubah pola pikir individu agar berpikir positif dan sikap yang positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres, serta menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan. Pendekatan kognitif bisa juga dilakukan dengan menggunakan metode hipnoterapi.
“Ada pula metode coping stres menggunakan teknik relaksasi. Relaksasi dilakukan dengan tujuan untuk melepaskan semua ketegangan- ketegangan yang selama ini dialami oleh individu. Relaksasi yang dilakukan bisa berupa relaksasi otot-otot, relaksasi kesadaran indra dan relaksasi pikiran-pikiran. Karenanya penting mengetahui kondisi diri apakah mengalami gejalah stres atau tidak. Bila iya segera lakukan langkah-langkah mengatasinya sebelum menjadi berkepanjangan,” pungkasnya. (Red)
Discussion about this post