Kendari – Perpustakaan memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat, melalui penguatan budaya literasi guna mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif dan berkarakter, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Setiap perpustakaan perlu bertransformasi menjadi layanan berbasis inklusi sosial. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang berliterasi dan meningkatkan peran literasi untuk kesejahteraan.
Demi mendukung tercapainya program tersebut, Perpusnas RI mengadakan Peer Learning Meeting (PLM) kepada 196 kabupaten di 34 provinsi penerima manfaat termasuk didalamnya 10 Kabupaten / Kota dan 17 Desa dari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). PLM dilaksanakan di Swiss-Belhotel Kendari, Selasa (02/08/2022).
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sultra, Nur Saleh mengapresasi PLM yang digelar perpusnas di Sultra. Menurutnya, PLM sangat baik karena menjadi wadah saling belajar dan berbagi pengalaman, capaian keberhasilan dan solusi tantangan dalam implementasi program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial khususnya di Sultra.
“Setiap perpustakaan perlu bertransformasi menjadi layanan berbasis inklusi sosial. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang berliterasi dan meningkatkan peran literasi untuk kesejahteraan,” kata Nur Saleh dalam sambutannya saat membuka PLM.
Lanjut dia, dengan pelayanan inklusi tersebut perpustakaan perlu dirancang kembali agar memiliki kebermanfaatan yang tinggi bagi masyarakat. Sebab literasi dan masyarakat yang literate merupakan puncak pencapaian dari suatu proses panjang pendidikan yang ditempuh masyarakat.
“Perpustakaan melalui transformasi layanan berbasis inklusi sosial, termasuk di dalamnya adalah peningkatan konektifitas masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan, berupaya memastikan pemenuhan hak inklusif masyarakat,” kata Nur Saleh.
Nur Saleh menjelaskan, transformasi perpustakaan adalah strategi untuk mewujudkan masyarakat literat melalui gerakan berbagi pengetahuan secara kolektif dan inklusif. Dengan demikian, Inklusi sosial dalam transformasi perpustakaan adalah upaya menempatkan martabat dan kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup ideal melalui perpustakaan.
Disisi lain, Pemprov Sultra menjadikan pembangunan perpustakaan modern sebagai salah satu program prioritas untuk mendukung program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan sehingga dapat memberi kontribusi yang tinggi terhadap pencapaian terwujudnya Sultra Cerdas.
Perpustakaan Daerah Provinsi Sultra akan dikembangkan dengan pendekatan inklusif yang mengajak semua lapisan masyarakat untuk berkegiatan di perpustakaan. Pendekatan inklusif memandang perpustakaan merupakan sub sistem sosial dalam sistem kemasyarakatan. Untuk itu, Perpustakaan modern dirancang agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat Sultra.
“Melalui pendekatan inklusif Perpustakaan Sultra akan menjadi ruang terbuka bagi masyarakat untuk memperoleh solusi, dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan,” kata Nur Saleh.
Sekedar informasi, tujuan dari kegiatan PLM ini dalah untuk memfasilitasi proses saling belajar dan berbagi pengalaman, capaian keberhasilan dan solusi tantangan dalam implementasi program, kemudian memotivasi dan membangun kepercayaan diri pengelola perpustakaan untuk terus melaksanakan strategi program.
Selanjutnya, untuk memberikanbpengetahuan dan keterampilan baru bagi para pengelola perpustakaan untuk penguatan implementasi program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
“Kami berharap setelah PLM, seluruh insan perpustakaan di Sulawesi Tenggara dapat membangun masyarakat Desa melalui Pemberdayaan perpustakaan, dan perlu terus dikembangkan untuk mengedukasi masyarakat agar senantiasa mengembangkan potensi sumber daya yang ada dan pada akhirnya memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. (Red)
Discussion about this post